Pengajaran dan Pembelajaran Abreviasi Leksikal dalam Konteks BIPA

Habib Zarbaliyev
(İnstitut Linguistik, Azerbaijan)

Menurut prinsip fonetik, abreviasi atau singkatan dibagi menjadi grafis dan leksikal. Singkatan grafis (seperti dsb < dan sebagainya) hanya digunakan dalam teks tertulis dan tidak memiliki bentuk suara, sedangkan abreviasi leksikal merupakan kompleks bunyi yang berdiri sendiri dan dapat diucapkan.

Dalam suatu bahasa, abreviasi leksikal dibentuk menurut pola tertentu dan bergantung pada jenis satuan sumbernya. Namun, ketika mengklasifikasikan abreviasi bahasa Indonesia, tidak selalu mungkin untuk menelusuri pola yang satu atau yang lain. Pidato ini berupaya menemukan ciri-ciri umum klasifikasi abreviasi leksikal.

Menurut struktur pembentukannya, ada lima jenis abreviasi leksikal: abreviasi inisial (atau akronim), abreviasi suku kata, abreviasi fragmentaris atau teleskopik, abreviasi campuran dan abreviasi parsial. Masing-masing tipenya mencakup sejumlah tipe struktural yang dibentuk dengan cara tertentu.

Akronim dibentuk dari huruf atau bunyi inisial pada kata-kata yang disingkat. Kami telah mengidentifikasi jenis-jenis strukturnya seperti akronim huruf (MPR [em’pe’er] < Majelis Permusyawaratan Rakyat), akronim bunyi (APİ < Angkatan Pemuda Indonesia), dan akronim bunyi dan huruf (di dalamnya, beberapa huruf diucapkan berdasarkan namanya, dan yang lainnya dengan bunyinya: IAIN [i’a’in] < Institut Agama Islam Negeri).

Abreviasi suku kata dibentuk dari gabungan suku kata yang menempati posisi awal (eksim < ekspor-impor) atau posisi akhir (danmen < komandan keuntungan) pada kata-kata yang disingkat.

Teleskopi adalah perpaduan dua atau lebih kata atau batangnya yang terpotong (terfragmentasi), sehingga menghasilkan pembentukan kata baru. Fragmen dalam berbagai komponen abreviasi teleskopik dapat sama dengan suku kata, lebih atau kurang dari suku kata (SUM < staf umum, Sulteng < Sulawesi Tengah; Deptan < Departemen Pertanian, Germindo < Gerakan Mahasiswa Indonesia, dishumas < dinas hubungan masyarakat).

Abreviasi campuran dibentuk dari gabungan satu komponen penuh dan satu atau lebih fragmen komponen-komponen, serta dari gabungan beberapa abreviasi (Jokowi < Joko Widodo, İndomie < Indonesian mie, Menkeh HAM < Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia).

Singkatan parsial terdiri dari bagian awal komponen pertama gabungan asal (Pram < Pramudya Ananta Tur).

Tipe struktur yang teridentifikasi memungkinkan kita untuk menyimpulkan bahwa pembentukan abreviasi dalam bahasa Indonesia cenderung memiliki struktur yang dapat diucapkan sebagai sebuah kata, karena sebagian besar akronim dan ragam singkatan lainnya serta semua singkatan teleskopik dibentuk persis seperti sebuah kata. Abreviasi-abreviasi ini disusun sebagai sebuah kata sedemikian rupa sehingga kombinasi aslinya dapat dengan mudah dikenali dari komposisi fonemiknya. Inilah yang menjelaskan peminjaman fragmen dari berbagai komponen kombinasi kompleks asli. Orang asing yang belajar bahasa Indonesia, dapat memperkaya kosa katanya secara signifikan dengan menguasai aturan-aturan ini.